Penyebab ADHD
Walaupun penyebab ADHD belum diketahui, tampaknya ada pengaruh dari faktor biologis dan lingkungan. Sebagian besar anak dengan ADHD tidak menunjukkan tanda-tanda cedera struktural yang besar pada sistem saraf pusat. Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis yang diketahui yang disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukkan defisit atensi dan hiperaktivitas. Gangguan dapat diperkirakan berhubungan dengan berbagai gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak, seperti gangguan belajar.
Faktor – Faktor yang menyebabkan:
Faktor genetik.
Bukti-bukti untuk dasar genetik untuk gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas adalah lebih besarnya angka kesesuian dalam kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Juga, sanak saudara anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan dibandingkan populasi umum. Salah satu sanak saudara mungkin memiliki gejala hiperaktivitas yang menonjol dan yang lainnya memiliki inatensi yang menonjol.
Cedera otak.
Telah lama diperkirakan bahwa beberapa anak yang terkena ADHD mendapatkan cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusatnya selama periode janin dan perinatalnya. Atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek sirkulasi, toksis, metabolic, mekanik dan efek lain yang merugikan dan oleh stress dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan dan trauma. Cedera otak yang minimal, samar-samar dan subklinis mungkin bertanggung jawab untuk timbulnya gangguan belajar dan ADHD. Tanda neurologis nonfokal (lunak) sering ditemukan.
Faktor neurokimia.
Banyak neurotransmitter telah dihubungkan dengan gejala defisitatensi dan hiperaktivitas. Sebagian, temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif pada gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, stimulan, mempengaruhi-mempengaruhi dopamin maupun norepinefrin, yang menghasilkan hipotesis neurotransmitter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada sistem adrenergik dan dopaminergik. Stimulan meningkatkan katekolamin dengan mempermudah pelepasannya dan dengan menghambat ambilannya
Faktor neurologis.
Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia: 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun dan 14 sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukkan gejala ADHD yang tampaknya sementara. Suatu korelasi fisiologis adalah ditemukannya berbagai pola elektroensefalogram (EEG) abnormal yang terdisorganisasi dan karakteristik untuk anak kecil. Pada beberapa kasus temuan EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.
Faktor psikososial.
Anak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama dan gejala menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan. Kejadian fisik yang menimbulkan stress, suatu gangguan dalam keseimbangan keluarga dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi mungkin termasuk temperamen anak, factor genetik-familial dan tuntutan social untuk mematuhi cara berkelakuan dan bertindak yang rutin. Status sosioekonomi tampaknya bukan merupakan factor predisposisi.
Faktor – Faktor yang menyebabkan:
Faktor genetik.
Bukti-bukti untuk dasar genetik untuk gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas adalah lebih besarnya angka kesesuian dalam kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Juga, sanak saudara anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan dibandingkan populasi umum. Salah satu sanak saudara mungkin memiliki gejala hiperaktivitas yang menonjol dan yang lainnya memiliki inatensi yang menonjol.
Cedera otak.
Telah lama diperkirakan bahwa beberapa anak yang terkena ADHD mendapatkan cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusatnya selama periode janin dan perinatalnya. Atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek sirkulasi, toksis, metabolic, mekanik dan efek lain yang merugikan dan oleh stress dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan dan trauma. Cedera otak yang minimal, samar-samar dan subklinis mungkin bertanggung jawab untuk timbulnya gangguan belajar dan ADHD. Tanda neurologis nonfokal (lunak) sering ditemukan.
Faktor neurokimia.
Banyak neurotransmitter telah dihubungkan dengan gejala defisitatensi dan hiperaktivitas. Sebagian, temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif pada gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, stimulan, mempengaruhi-mempengaruhi dopamin maupun norepinefrin, yang menghasilkan hipotesis neurotransmitter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada sistem adrenergik dan dopaminergik. Stimulan meningkatkan katekolamin dengan mempermudah pelepasannya dan dengan menghambat ambilannya
Faktor neurologis.
Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia: 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun dan 14 sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukkan gejala ADHD yang tampaknya sementara. Suatu korelasi fisiologis adalah ditemukannya berbagai pola elektroensefalogram (EEG) abnormal yang terdisorganisasi dan karakteristik untuk anak kecil. Pada beberapa kasus temuan EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.
Faktor psikososial.
Anak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama dan gejala menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan. Kejadian fisik yang menimbulkan stress, suatu gangguan dalam keseimbangan keluarga dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi mungkin termasuk temperamen anak, factor genetik-familial dan tuntutan social untuk mematuhi cara berkelakuan dan bertindak yang rutin. Status sosioekonomi tampaknya bukan merupakan factor predisposisi.